Temuan mengejutkan ini terungkap dalam sebuah penelitian di University
of Michigan, Amerika Serikat. Sarah Burgard, ilmuwan yang memimpin
penelitian tersebut mengumpulkan data dari 200.000 orangtua dalam
rentang waktu antara tahun 2003-2007.
Menurut penelitian tersebut, kehadiran anak dalam hidup berumah tangga
menyebabkan para ibu sering terjaga selama rata-rata 44 menit
disela-sela istirahat malam. Para ayah juga mengalaminya, namun
durasinya lebih pendek yakni rata-rata hanya 30 menit.
Saat dikaruniai baru momongan, 11 persen Ayah mengalami gangguan tidur
sementara sang ibu lebih banyak mengalaminya yakni 32 persen. Pada tahap
ini mungkin bisa dimaklumi, sebab bayi lebih membutuhkan kedekatan
dengan ibunya terutama untuk menyusu.
Namun kondisinya tidak jauh berbeda saat anak memasuki usia 1-2 tahun,
gangguan tidur tetap lebih banyak dialami oleh para ibu. Sebanyak 10
persen ibu masih mengalami gangguan tidur, sementara pada ayah sudah
berkurang hingga 2 persen.
Perbedaan durasi dan frekuensi terjadinya gangguan tidur juga masih
tampak hingga anak memasuki usia 5 tahun. Pada periode tersebut, 3
persen ibu masih mengalami gangguan tidur sementara pada ayah tinggal 1
persen saja yang mengalaminya.
“Bagi wanita yang bekerja, beban yang tidak seimbang ini bisa
mempengaruhi perkembangan karir. Pria punya cukup kesempatan untuk
istirahat sementara wanita tidak,” ungkap Sarah Burgard seperti dikutip
dari ScienceDaily, Senin 2010.
Bagi kesehatan, gangguan tidur yang terlalu sering juga bisa memicu
dampak merugikan. Dampak yang paling mudah dirasakan adalah rasa letih
di siang hari, sedangkan dampak yang lebih serius akan dialami seorang
ibu yang punya riwayat depresi karena dapat memicu hasrat untuk bunuh
diri.
Ah ibu, terima kasih atas pengorbananmu selama ini pada kami.
sumber : Kaskus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar